Jumat, 17 April 2009

Reflections.......

Saat ini aku gag akan mengawali Tulisanku ini dengan guyonan atau plesetan seperti biasa..
Tulisan ini merupakan pencitraan tentang diriku sendiri yang aku rasakan saat ini.. Merupakan ungkapan tentang apa yang ditanyakan semua orang tentang aku.. Sebenernya aku malas n ogah untuk membahas masalah ini..tapi, aku jugha nggak pengen pemikiran ini tetap memfeodal dalam benak kita untuk selamanya.. Karena, kita akan terlihat bodoh dan kerdil dimata yang orang yang mengerti tentang hal ini.. Orang-orang terdekatku merupakan cerminan diri kita sendiri atau mungkin cerminan diri kita sendiri selama ini.. Ini adalah Pertanyaan dari Orang-orang terdekatku:


"Siapakah dirimu [aku penulis. red] ini?"
"Tunjukan pada kami siapa dirimu sebenernya.."
"Karena kau terlihat selalu berbeda-beda dan membingungkan"

Itulah pertanyaan semua Orang terdekatku tentang aku.. Mereka yang bertanya seperti itu yang aku salutkan dan aku nyatakan berhasil melewati tantangan hati. Mengapa demikian? Itu akan aku jelaskan nanti. Karena mereka lebih baik daripada mereka yang langsung men-jugment diriku dengan sudut pandang mereka..yang diriku dikatakan Gila, Bodoh, Kurang Waras..dll yang begitu aneh.

Mengapa aku diam saja dengan segala Jugment itu?? itu yang akan saya bahas saat ini dan yang akan saya bahas tentang Orang-orang terdekatku yang memiliki pertanyaan yang tertera diatas.

Pertama, aku salut akan Orang-orang yang bertanya seperti itu padaku.. entah karena mereka lelah untuk memahami aku atau mereka merasa bingung sendiri dengan tingkahku.. Meskipun responku selalu tersenyum kosong pada mereka..dan itu malah membuat jengkel mereka..Kenapa aku lakukan itu? Kenapa aku rela menyiksa diriku sendiri?

Inilah Jawabanku :
Pernah waktu aku kecil dulu, ayahku menyuruhku mengambil bara api yang menyala dan memadamkannya.. atau biasanya tanganku dilumuri spirtus dan aku disuruh membakarnya..
Aku kontan saja menjawab "Pa..itu panas!! Gila yawh..anaknya mau dibunuh sendiri..!!". Tapi Ayahku yang paling bijaksana menurutku hanya menjawab dengan senyuman dan berkata "Tau apa kamu itu.. Darimana kamu tau kalu panas itu?" tentu dengan gayaku yang sok menjawab dengan pasti "Tentu saja aku tau..dimana-mana kalu api itu panas!!". Tapi ayahku tiba-tiba meletakkan bara api itu ditanganku dan digengamkannya..ato kalo yang lebih serem tanganku langsung dibakar dengan korek api. Kontan saja aku langsung kaget dan tidak bisa berkata apa-apa. Tapi yang aku rasakan saat itu tidaklah panas padahal api ada ditanganku. Lalu Ayahku menjawab dengan tenang sambil memainkan api ditangannya "Jangan pernah berkata 'A' sebelum dirimu merasakan apa itu 'A' .. Carilah sampai sampai ujung inti sari 'A' itu dan barulah berkata itu adalah 'A'..Maka hatimu tak'kan ada keraguan..Karena keraguan hati adalah kerapuhan dirimu sendiri.." dari situlah aku menyadari bahwa pemikiranku salah dan dari kejadian itu aku selalu berpikir dua kali sebelum berkata.
Kemudian aku beranjak dewasa dan aku bertemu dengan sosok Khalil Gibran dalam buku-bukunya.. Aku telusuri kehidupan Beliau dalam tiap karyanya.. Beliau dicerca, dihujat, dihina, dianggap gila dan Psiko. Tapi Beliau hanya berkata "Mereka yang kerdil tak mengenal aku.. Lihat!! Mereka semua tidak tahu malu membanggakan kesalahan mereka didunia..Mereka telanjang tapi mengatakan diri mereka berpakaian, bagaimana aku tak tersenyum melihat semua ini..???" Inilah yang membuatku hanya bungkam seribu bahasa..

"Terkadang ada nilai kebaikan dalam hal yang kau lihat kejahatan"
"Dan..terkadang ada nilai kejahatan yang menodai kebaikan"

Semua itulah yang mendasari diriku untuk menutup karakterku dan membiarkan Orang-orang memandang dengan pandangannya sendiri-sendiri. Dan terbukti sendiri, semua manusia berpandangan apa yang dipandang oleh orang-orang disekeliling Khalil Gibran waktu itu.. Pandangan sempit, Sok Tahu, Sombong N tidak memiliki hati.. Sungguh memalukan sebenarnya aku memandang mereka itu. Ini sama halnya dengan kita menceritakan Jakarta dengan segala bentuknya tapi kita belum pernah melihat bagaimana itu Jakarta.. kita mengatakan bahwa Jakarta panas, tapi kita tidak pernah merasakan hawa panas Jakarta.. bagaimana itu tidak konyol??

Dan mereka yang telah bertanya seperti diatas aku acungi salut. Karena mereka berpikir dengan hati dan tak membiarkan dunia pikiran mereka menguasai pandangan mereka.


0 komentar:

:a: :b: :c: :d: :e:
:f: :g: :h: :i: :j:
:k: :l: :m: :n: :o:
:p: :q: :r: :s: :t:
:u: :v: :w: :x: :y:
:z: :1: :2: :3: :4:
:5: :6: :7: :8: :9:
:10: :11: :12: :13: :14:

Posting Komentar

© 2008 Por *Templates para Você*